Kamis, 03 Juni 2010

Ornamen dalam Arsitektur

a. Pengertian Ornamen
Marcus Vitruvius dalam Soekiman (2000) berpendapat, ada 3 unsur yang merupakan faktor dasar dalam arsitektur, yaitu kenyamanan (convenience), kekuatan atau kekokohan (strength), dan keindahan (beauty). Ketiga faktor ini yang mengkategorikan arsitektur dalam suatu “karya seni” yang kompleks yang menggabungkan antara teknik dan rasa (sense). Arsitektur dapat dikatakan sebagai perpaduan suatu karya seni dan pengetahuan tentang bangunan, keindahan, dan teknologi konstruksi. Salah satu faktor yang berkaitan dengan keindahan bangunan adalah ornamen yang penggunaannya sangat berkaitan dengan unsur estetis yang dapat memperindah sekaligus menampilkan karakter suatu bangunan.
Toekio (1987) mengatakan bahwa, dekoratif adalah suatu kata sifat dari kata dekoratif (decorate, decoration), yaitu suatu aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan ornamen atau ragam hias. Kelompok ini cenderung memiliki ciri-ciri yang berkisar kepada isian untuk menghias (artificial form). Ragam hias dekoratif mengimbangi selera pemakai. Menurut Mistaram (1991), secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”ornere” yang berarti kerja menghias, dan ornamentum berarti karya yang dihasilkan, yaitu hiasan. Menurut Toekio (1987:10), ornamen adalah ragam hias untuk suatu benda, pada dasarnya merupakan suatu pedandan atau kemolekan yang dipadukan. Ragam hias berperan sebagai media untuk mempercantik atau mengagungkan suatu karya. Dekoratif dan ornamen tidak saja menghadirkan estetika kultural dan historikal tetapi dapat pula terbentuk melalui permukaan atap, permukaan dinding, ataupun permukaan langit-langit. Ornamen dan dekoratif mempunyai perlambang atau simbolik dan sekaligus pembentukan jati diri (Baidlowi & Daniyanto 2003:39). Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual. Faktor estetis merupakan unsur penting dalam sebuah bangunan oleh Habraken dengan pola analisis yang berkaitan dengan tipologi Golgogen yang bertolak dari pemikiran Vitruvius, salah satunya adalah sistem stilistik. Sistem stilistik berhubungan dengan elemen atap, kolom, bukaan, dan ragam hias (Tjahjono 1992). Suatu barang atau benda hasil karya seni rupa dapat dikatakan sempurna bilamana memenuhi kegunaannya, keindahan, kesesuaian akan ’warna’ dan ’bahannya’.... (Soekiman 2000). Elemen hias pada bangunan berupa ornamen terbagi dalam dua kelompok, yaitu konstruksional dan komplementer. Hiasan konstruksional adalah hiasan yang tidak dapat dilepaskan dari bangunan, sedangkan hiasan komplementer dapat dilepaskan tanpa memberi pengaruh apapun (Kusmiati 2004). Pemakaian ornamen dalam bangunan memegang peranan yang sangat besar. Ornamen membantu kesan ekspresi alami pada bangunan. Ornamen timbul karena diilhami dua faktor, yaitu emosi dan teknik. Faktor emosi adalah hasil cipta yang didapat dari kepercayaan, agama, dan magis. Faktor teknik dalam ornamen berhubungan dengan dari material apa benda itu dibuat dan bagaimana membuatnya (Soekiman 2000).
Karya tidak hanya mengetengahkan ornamen atau ragam hias, namun banyak pula yang sengaja dibuat dengan raut atau perupaan sejenis. Menurut sifatnya, tidak dapat berdiri sendiri artinya lepas dari sesuatu yang pokok yang dilengkapinya terutama dari bahan yang dipakai, karena untuk keindahan saja; memberi penekanan atau kekhasan; menjadi pesyaratan; merupakan pertanda atau simbol; dibuat khusus sesuai dengan benda utamanya; dapat mengikat atau menjenis; dan sebagai bagian dari kekaryaan. Keragaman karya baik berupa cuplikan, gubahan khusus berupa barang, atau hanya sekedar tempelan dan duplikasi (Toekio 2002). Menurut beberapa pengertian di atas, definisi ragam hias adalah sebuah hiasan yang diterapkan dengan tujuan untuk menghias sesuatu agar menjadi indah. Ornamen pada bangunan dapat berupa melekat pada bangunan baik pada bagian struktural maupun non struktural berupa obyek itu sendiri atau hanya di permukaan saja. Karakter ragam hias dapat dilihat dari motif atau bentuk, pola, warna dan bahan ragam hias yang dipergunakan untuk memperindah suatu bangunan. Sifat ragam hias dapat hanya berupa sebagai tambahan baik untuk eksterior maupun interior bangunan.
Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali. Bentuk memiliki ciri-ciri visual, seperti wujud, dimensi, warna, dan tekstur. Manusia secara naluriah akan menyederhanakan lingkungan visualnya termasuk komposisi bentuk ke arah bentuk-bentuk paling sederhana dan teratur untuk memudahan diterima dan dimengerti. Wujud-wujud dasar, yaitu lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar (Ching 2000).
Karakter ragam hias akan dijabarkan untuk memudahkan pendeskripsian ragam hias yang terdapat pada bangunan rumah tinggal, yaitu sebagai berikut:
• Klasifikasi Ragam Hias.
Menurut pendapat Van Der Hoop (1949:46), variasi dan corak ragam hias memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perwujudan motif ragam hias menjadi beranekaragam. Penggolongan ragam hias menurut Van Deer Hoop (1949:15), dapat diuraikan sebagai berikut: a. Ragam hias ilmu ukur atau geometris; dan b. Ragam hias naturalis atau non geometris, berupa ragam hias bentuk manusia, hewan, tumbuahan, bunga, benda alam termasuk bentuk stilasinya.
Kemudian Toekio (1987:67), mengklasifikasikan ragam hias secara umum menjadi:
- Kelompok I, yaitu merupakan ragam hias bentuk geometris. Menurut penempatan motifnya, yaitu sebagai berikut: - Motif pinggiran, biasanya mengelilingi bentuk isian dengan perulangan berbagai macam komposisi bentuk; dan - Motif isian, berada di tengah atau pada semua bidang. Ragam hias geometris banyak memberikan kebebasan yang cederung mempengaruhi bentuk dan nilai suatu benda secara visual melalui unsur-unsur pokok yang digunakan.
- Kelompok II, merupakan ragam hias yang tergolong dalam bentuk penggayaan dari tumbuh-tumbuhan, termasuk stilasinya.
- Kelompok III, merupakan kelompok ragam hias yang tergolong dalam bentuk penggambaran makhluk hidup, yaitu hewan dan manusia, termasuk stilasinya.
- Kelompok IV, merupakan kelompok ragam hias dekoratif dan gabungan dari beberapa jenis tersebut di atas.
• Motif dan pola ragam hias, terdiri dari:
a) Motif ragam hias, ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai motif-motif yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang ingin dihiasi. Motif adalah dasar untuk menghias ornamen. Motif pada ragam hias selalu mengalami perkembangan dari motif dengan bentuk sederhana kemudian berkembang ke arah naturalis (misalnya, tumbuhan berupa suluran), hingga berkembang menjadi bentuk geometris dan abstrak. Macam-macam motif ragam hias, berupa: - Motif berbentuk alami, prinsip dasarnya mengambil dari bentuk lingkungan sekitar atau dari alam. Contohnya bentuk-bentuk dari flora dan fauna; - Motif berbentuk stilasi, bentuk stilasi adalah hasil gubahan dari bentuk alami sehingga hanya berupa sarinya (esensinya) saja dan menjadi bentuk baru yang kadang-kadang hampir kehilangan ciri-ciri alaminya sama sekali. Stilasi, adalah gambar yang dibuat dengan cara mengubah atau menyederhanakan bentuk aslinya menjadi gambar yang dikehendaki (Sipaheleleut & Petrussumadi 1991:51-60). Menurut Soepratno (2000), gambar stilasi dibuat dengan cara mengubah atau menyederhanakan bentuk aslinya menjadi bentuk gambar lain yang dikehendaki. Bentuk-bentuk ukiran yang dibuat dari hasil stilasi bentuk alami tersebut dimasukkan sebagai hiasan dengan gaya dan irama sendiri. Bentuk-bentuk ukiran yang dibuat dari hasil stilasi bentuk alami tersebut dimasukkan sebgai hiasan dengan gaya dan irama sendiri. Ragam hias dengan motif stilasi banyak ditemukan pada bangunan seperti bentuk sulur-suluran. Motif ini merupakan contoh hasil stilasi dari unsur alam yang berupa relung-relung tanaman seperti pakis atau paku-pakuan; - Motif bentuk geometris, bentuk-bentuk geometris yang biasanya digunakan sebagai motif hiasan adalah bentuk-bentuk geomtrik yang berdimensi dua antara lain bentuk bulat, segi empat, segilima, belah ketupat, setengah lingkaran, dan sebagainya; dan - Motif bebas, motif bebas adalah motif bentuk hiasan yang tidak termasuk ke dalam ketiga motif di atas. Motif bentuk alami, stilasi, dan geometrik pada umumnya sering dinilai sebgai motif konvensional, sedangkan motif bebas lebih sering dinilai dengan motif “modern” (Sipahelelut & Petrussumadi 1991: 51-60);
b) Pola ragam hias menurut Sipahelelut & Petrussumadi (1991: 51-60), konsep tata letak motif pada bidang atau ruangan yang dihias, hasilnya akan tampak mempunyai arah atau mengesakan arah yang jelas sehingga terbentuk menjadi sebuah pola. Motif ragam hias dapat membentuk pola hiasan yang biasa digunakan sebagai berikut:
 Pola lajur tepi, merupakan pola yang biasanya digunakan dalam menghias bagian tepi benda atau ruangan. Perulangan motif yang membentuk untaian lurus atau berombak sesuai dengan arah bentuk motifnya. Pola lajur tepi dapat diterapkan secara bergantung, memanjat, dan berjalan;
 Pola pojok, pola pojok merupakan pedoman penempatan motif hiasan pada bagian pojok atau sudut benda atau ruangan yang bertujuan untuk menghidupkan pojok atau sudut benda yang dihias;
 Pola memusat, pola memusat (sentra), ialah pola penempatan motif hiasan yang mengarah ke bagian benda atau ruangan yang dijadikan titik pusat;
 Pola memancar, pola memancar adalah konsep penempatan motif hiasan yang bertolak dari fokus yang mengarah ke luar. Pola memancar memberi kesan arah dari titik pusat memancar keluar. Benda yang diberi hiasan yang berpola memancar akan memberi kesan membesar sedangkan pola memusat akan memberi kesan menyusut atau mengecil;
 Pola bidang beraturan, pola bidang beraturan adalah konsep penempatan motif hiasan yang sebelum menempatkan motif-motif

Teknologi Warna

Warna adalah salah satu elemen estetika yang pertama terlihat dan paling lama diingat yang menghasilkan daya tarik visual dan merupakan fenomena getaran/gelombang cahaya. Warna merupakan unsur penting dalam grafis karena dapat memberikan dampak psikologis kepada orang yang melihatnya.

Manfaat warna :

· Menciptakan kesan tertentu.

· Menyampaikan pesan, perasaan dan suasanan hati

· Menarik perhatian kearah yang ingin ditonjolkan

· Menciptakan ilusi ruang, jarak, suhu bahkan bentuk tubuh

· Menyatukan berbagai objek, misal busana dengan pelengkapnya.


Lingkaran Warna
Lingkaran warna merupakan susunan tata letak dari warna primer, warna sekunder dan warna tersier dalam bentuk lingkaran. Lingkaran warna sangat diperlukan dalam mempelajari pola/susunan warna


Psikologi warna
Psikologi warna akan dibahas secara khusus karena memiliki peran penting dalam penggunaan grafis.
Secara psikologis warna memiliki efek terhadap manusia, karena selain menimbulkan sensasi (rasa yang berhubungan dengan mata karena sifatnya yang visual) juga menimbulkan rasa senang dan tidak senang.

1. HIJAU BIRU
• Respon psikologis : REFRESHING (santai)
• Catatan :
Kombinasi warna yang memberikan kesan santai/penyegaran adalah gabungan warna hijau biru dengan warna komplemennya merah jingga. Biru hijau adalah warna yang menyegarkan dan menghidupkan selalu digunakan untuk menggambarkan perjalanan dan bersantai/bersenang-senang.

2. BIRU HIJAU MUDA
• Respon psikologis: TROPICAL (tropis)
• Catatan :
Biru hijau muda dan yang mendekati akan menambah perasaan dan pesan ketenangan.
Jika dikombinasikan dengan warna komplemennya yaitu merah jingga. Seperti bunga-bunga di alam, gabungan warna ini menambah perasaan tenang dan bebas dari ketegangan

3. BIRU
• Respon psikologis : CLASSIC (klasik)
• Catatan :
Kombinasi warna-warna klasik menggambarkan kekuatan dan wibawa. Warna biru akan tetap terlihat menonjol meskipun digabungkan dengan warna lain. Gabungan warna klasik menggambarkan kepercayaan, kepedulian dan kebenaran. Karena berdekatan dengan hijau, warna biru memberi rasa keamanan/stabilitas dan kekuatan, khususnya jika digabungkan dengan gabungan split-complementary-nya merah jingga dan kuning jingga.

4. BIRU TUA
• Respon psikologis : DEPENDABLE (dapat dipercaya)
• Catatan :
Gabungan warna yang menggunakan warna biru tua mengesankan dapat dipercaya dan diandalkan.
Mereka juga membawa pesan kekuasaan. Polisi, Angkatan Laut dan pegawai pengadilan menggunakan seragam dengan gabungan warna termasuk di dalamnya biru tua untuk memberikan kesan kekuasaan. Jika diberi aksentuasi warna merah dan emas, biru tua akan mengurangi kesan keras, tetapi tetap menunjukkan kekuatan.

5. BIRU MUDA
• Respon psikologis : CALM (tenang)
• Catatan :
Pada lingkungan dengan banyak ketegangan, gabungan warna biru muda akan menghasilkan efek ketenangan. Warna-warna sejuk memberi rasa baik dan damai.

6. MERAH JINGGA
• Respon Psikologis : VITAL ( hidup )
• Catatan :
Warna yang mengandung tenaga dan semangat, baik sekali untuk promosi. Gabungan warna yang di dalamnya terdapat warna merah terang terlihat seperti semangat anak muda yang sering terlihat dalam tampilan iklan yang energik dan penuh semangat serta berkepribadian.

7. JINGGA
• Respon psikologis : FRIENDLY (bersahabat)
• Catatan :
Warna yang menyampaikan persahabatan, terbuka dan ringan dan merupakan elemen kekuatan dan pergerakan. Warna jingga dengan warna-warna di sebelahnya dalam lingkaran warna sering digunakan dalam rumah makan cepat saji karena memberi kesan makanan yang enak dengan harga bersahabat. Karena warna hidup, mudah terlihat pada warna biru dan abu-abu, sebaliknya warna hitam terlihat jelas belakang warna jingga. Sesuai untuk kemasan produk makanan, termasuk produk bayi, roti, cerelak, daging, makanan bayi, bakery, tepung, dll.

8. JINGGA MUDA
• Respon psikologis : SOFT (ringan)
• Catatan :
Memberi kesan lezat, sesuai untuk setting/tatanan makanan yang disajikan, pajangan sampai fashion. Juga memberi kesan santai, sering ideal untuk dekorasi rumah. Istilah lain dalam ilmu warna disebut warna peach

9. JINGGA KUNING
• Respon psikologis : WELCOMING (menggembirakan)
• Catatan :
Warna jingga kuning adalah warna yang menggembirakan. Jika digabung dengan putih menjadikan classic dan terlihat menarik. Jika dikombinasikan/dipadankan dengan yang lebih muda terlihat hangat dan menyenangkan. Warna jingga kuning dalam saturasi penuh menyerupai warna emas

10. KUNING
• Respon psikologis : MOVING (dinamis)
• Catatan :
Warna kuning mengekspresikan kehidupan (seperti pancaran sinar matahari), aktivitas dan pergerakan. Begitu juga gabungan warna kuning dengan warna lain yang kontras seperti dengan warna komplemennya ungu, mencerminkan aktivitas dan pergerakan. Sesuai untuk warna kemasan pakaian anak-anak, kosmetik, minuman limau, mentega, keju, makanan.

11. HITAM
• Respon psikologis : GRAPHIC (tegas)
• Catatan :
Gabungan hitam dan putih memberi kesan klasik dan dramatis, mengingatkan pada tut-tut piano dan tuxedoes. Jika digabung dengan warna cerah seperti merah atau pink agak tua, gabungan hitam putih terlihat tegas. Karena kekuatannya, bahkan garis hitam terlihat tegas dalam desain grafis.

12. HIJAU
• Respon psikologis : FRESH (segar)
• Catatan :
Warna hijau selalu dihubungkan dengan kesehatan dan kemakmuran. Warna hijau meskipun muda hanya membutuhkan sedikit dari warna komplemennya untuk digabungkan, yaitu merah, untuk menambah kekuatannya. Jika digabungkan dengan padanan analogous akan terlihat hidup, seperti lingkungan luar/outdoor.

13. HIJAU KUNING
• Respon psikologis : TRENDY (trendi/gaya)
• Catatan :
Warna–warna trendi dapat menyenangkan dengan dikombinasikan warna-warna lainnya. Chartreuse adalah salah satu contoh warna yang bagus sebagai warna pemberi tekanan yang digunakan pada barang-barang luar biasa dan anak-anak, Warna yang sukses dengan banyak gabungan warna yang digunakan dalam fashion, dari sepatu basket sampai sweaters.
.


JURUSAN DESAIN

1. Program Studi Desain Produk

Program Studi Desain Produk Politeknik Negeri Samarinda merupakan satu-satunya Politeknik Negeri Jurusan Desain di Indonesia yang dirancang khusus untuk mempersiapkan mahasiswanya sebagai desainer yang siap terjun dalam dunia kerja. Waktu Studi untuk program ini adalah 3 tahun (6 semester), dengan komposisi sebagian besar mata kuliah adalah 60% praktek dan didukung 40% kuliah teori, Desain Produk Merupakan bidang desain yang mempelajari mengaplikasikan konsep inovatif untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan estetika, ergonomi dan teknologl, dimana hasil akhir dart perancangan produk tersebut harus mampu memberi nilai lebih atau tambah (inovasi) sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat


2. Program Studi Arsitektur


Program Studi Arsitektur Politeknik Negeri Samarinda rnerupakan pendidikan profesi yang mempunyai keterampilan khusus dan siap kerja. Arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang serta menitik beratkan pada perancangan bangunan/gedung maksimal 4 lantai, namun bidang lain seperti penataan dan pengembangan kawasan tetap akan diperkenalkan kepada mahasiswa.


Misi:

1. Berpartisipasi dalam mengisi kebutuhan ahli asosiasi dalam arsitektur yang masih langka dan perlu sebagai asisten profesional sebuah arsitektur dalam melakukan tugasnya, baik sebagai pegawai pemerintah atau konsultan swasta, terutama di era otonomi daerah.
2. Menyiapkan profesional di bidang desain arsitektur yang dapat menjadi pengusaha dan mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.
3. Mempersiapkan personel yang kompeten, independen dan bertanggung jawab sebagai praktisi dan mampu menciptakan lapangan kerja di bidang teknik desain arsitektur.
4. Mengisi tingkat menengah antara Sarjana Arsitektur dengan Operator / Drafter (High School).


TUJUAN:

Tujuan dari program ini adalah untuk mempersiapkan lulusan yang memiliki keahlian untuk merancang: objek, bangunan, dan daerah perkotaan, baik secara teknis dan non-teknis, dengan pendekatan kemampuan sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan di bidang pekerjaan teknik desain arsitektur, baik rutin atau tidak rutin secara mandiri, atau di bawah pengawasan dan bimbingan dari senior mereka / kepala dan memiliki tanggung jawab untuk mengelola tenaga asisten di bawah ini.
2. Mampu mengenali, mengamati dan ilmiah meninjau kondisi yang ada.
3. Memiliki kemampuan dan keahlian teknis di bidang mereka, khususnya teknik desain arsitektur.